BAB I
PENDAHULUAN
Seperti halnya karbohidrat,
protein adalah zat yang dibentuk oleh sel – sel yang hidup. Lebih dari setengah
zat – zat yang berbentuk padat di dalam jaringan – jaringan manusia dan
binatang mamalia terdiri atas protein. Protein mempunyai peranan yang penting
di dalam tubuh manusia dan binatang, karena protein bertanggungjawab untuk
menggerakkan otot – otot, protein hemoglobin mempunyai peranan mengangkut
oksigen dari paru – paru ke jaringan seluruh tubuh. Sehingga protein sangat
penting untuk masing – masing individu. Seperti halnya karbohidrat dan protein,
lemak memiliki pengertian umum “fat” yaitu suatu zat yang tidak larut dalam air
yang dapat dipisahkan dari tanaman atau binatang. Bila digunakan bersama – sama
dengan kata lemak dalam ekspresi “fat and oil” atau “lemak dan minyak” maka
dapat diartikan bahwa zat tersebut sebagai lemak, kecuali bila lemak merupakan
bentuk cairan yang sempurna pada suhu biasa, maka lemak disebut minyak.
Tujuan praktikum kali ini dengan
materi protein dan lemak adalah untuk mengetahui beberapa sifat umum maupun
khusus dari protein dan lemak.
Manfaat praktikum protein dan
lemak adalah supaya dapat mengetahui dan mengenal secara langsung dan nyata,
yaitu sifat – sifat umum maupun sifat – sifat khusus yang dimiliki oleh protein
dan lemak. Sehingga mampu menjabarkan dan menjelaskan protein dan lemak secara
ilmiah dan sistematis berdasarkan hasil praktikum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Protein
2.1.1. Pengertian Protein
Protein merupakan molekul yang
dikenal mempunyai struktur paling rumit. Sesuai dengan fungsinya yang beragam
itu, molekul protein sangat beragam strukturnya, setiap jenis protein memiliki
bentuk tiga dimensi atau konformasi yang unik. Meskipun protein beragam, semua
molekul protein merupakan polimer yang dibangun dari kumpulan 20 asam amino
yang sama (Campbell, 2002).
Berbeda dengan lemak dan karbohidrat dimana susunan dasarnya
adalah C, H, dan O, maka protein tidak hanya tersusun atas ketiga unsur
tersebut, masih mengandung unsur – unsur yang lain seperti nitrogen, belerang,
pospor, kadang – kadang besi dan unsur – unsur lain. Persentase rata – rata
dari unsur – unsur di dalam bermacam – macam protein adalah kurang lebih
seperti berikut, yaitu karbon (C) 50-55%, hidogen (H) 6,5-7,3%, oksigen (O) 20-24%, nitrogen (N) 15-18%, belerang
(S) 0,4-2,5%, dan pospor (P) 0,1-1,0%.
Kalau semuanya dijumlah ternyata kurang
dari 100%, hal ini kemungkinan adanya unsur – unsur lain yang jumlahnya sangat
sedikit. Protein terdapat antara lain di dalam kulit, rambut, otot, tanduk,
sutera, putih telur, dan sebagainya. Protein terdiri dari molekul – molekul
yang besar yang mempunyai berat molekul antara 12.000 hingga beberapa juta
(Sastrohamidjojo, 2005).
2.1.2. Klasifikasi Protein
2.1.2.1. Protein Sederhana
Protein ini bila pecah menjadi
satuan – satuan yang lebih sederhana yang hanya menghasilkan asam – asam alpha
amino atau turunannya. Yang termasuk di dalamnya, yaitu albumin ( telur, serum
darah, laktalbumin susu ), globulin ( biji – bijian dan darah binatang ),
glutelin ( biji – bijian dan gandum ), prolamin (gandum, padi, hordein jelai,
jawawut, zein jagung), albuminoid ( jaringan – jaringan, rambut, bulu, tanduk,
kuku, dan sebagainya), histone ( kelenjar timus ), serta protamin ( ikan ). Protein sederhana dibagi dua golongan yaitu,
protein yang berbentuk fibrous dan protein yang berbentuk globuler (Sastrohamidjojo,
2005).
2.1.2.2. Protein terkonjugasi
Peruaian dari senyawa ini menunjukkan
bahwa mereka terbentuk atas protein – protein sederhana dan gugus – gugus lain
yang tidak menunjukkan sifat protein. Yang termasuk di dalam golongan ini,
yaitu kromoprotein ( hemoglobin darah merah ), glikoprotein ( mucin saliva ),
pospoprotein ( casein susu ), nukleoprotein, lesitoprotein, serta lipoprotein
(Sastrohamidjojo, 2005).
2.1.2.3. Turunan Protein
Turunan protein terdapat yang
turunan pertama dan turuna kedua. Turunan protein yang pertama ialah protean (
tak larut dalam air, terdiri dari edestan dari edestin ), metaprotein ( larut
dalam asam, terdapat pada asam metaprotein dan alkali metaprotein ), dan
protein teragulasi ( tak larut oleh pengaruh panas alkohol kuat ). Turunan
protein yang kedua ialah proteosa, pepton, dan peptida (Sastrohamidjojo, 2005).
2.1.3. Fungsi Protein
Protein struktural memiliki fungsi
pendukung ( serangga menggunakan serat sutera untuk membuat sarangnya ).
Protein simpanan / cadangan memiliki fungsi cadangan asam amino ( kasein
merupakan sumber utama asam amino untuk bayi mamalia ). Protein transpor
memiliki fungsi mengangkut substansi lain (hemoglobin berfungsi mengangkut
oksigen dari paru – paru ke bagian tubuh lain). Protein hormonal memiliki
fungsi koordinasi aktivitas organisme ( insulin berfungsi membantu mengatur
konsentrasi gula dalam darah vertebrata ). Protein reseptor memiliki fungsi
respons sel terhadap rangsangan kimiawi ( reseptor yang ada di dalam membran
sel – sel saraf ). Protein kontraktil memiliki fungsi pergerakan ( aktin dan
miosin bertanggung jawab atas pergerakan otot ). Protein pertahanan memiliki
fungsi perlindungan terhadap penyakit ( antibodi menyerang bakteri dan virus ).
Protein enzimatik memiliki fungsi percepatan reaksi – reaksi kimiawi secara
selektif yaitu enzim pencernaan menghidrolisis polimer dalam makanan
(Sastrohamidjojo, 2005).
2.2. Lemak
2.2.1. Pengertian Lemak
Lemak adalah molekul besar dan
terbentuk dari molekul yang lebih kecil melalui reaksi dehidrasi. Lemak disusun
dari dua jenis molekul yang lebih kecil, yaitu gliserol dan asam lemak.
Gliserol adalah sejenis alkohol yang memiliki tiga karbon, yang masing – masing
mengandung sebuah gugus hidroksil. Asam lemak memiliki kerangka karbon yang
panjang, umumnya 16 sampai 18 atom karbon panjangnya (Campbell, 2002).
Secara kimia yang diartikan dengan
lemak adalah triester dari gliserol yang disebut gliserida atau lebih tepat
trigliserida. Dari bentuk strukturnya, trigliserida dapat dilihat sebagai hasil
kondensasi dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak, dan
daripadanya menghasilkan tiga molekul air dan satu molekul trigliserida
(Sastrohamidjojo, 2005).
2.2.2. Klasifikasi Lemak
Dalam pembuatan lemak, tiga asam
lemak masing – masing berikatan dengan gliserol melalui ikatan ester, suatu
ikatan antara gugus hidroksil dan gugus karboksil. Lemak yang juga disebut
triasilgliserol, dengan demikian terdiri atas tiga asam lemak yang berikatan
dengan satu molekul gliserol. Asam lemak memiliki panjang serta jumlah dan
lokasi ikatan ganda yang beragam. Istilah lemak jenuh dan lemak tidak jenuh
sangat umum digunakan dalam konteks nutrisi. Istilah ini mengacu ke struktur
ekor hidrokarbon dari asam lemak itu. Jika tidak ada ikatan ganda di antara
atom – atom karbon yang menyusun ekor itu, maka atom hidrogen akan sebanyak
mungkin terikat pada kerangka karbon, membentuk asam lemak jenuh. Asam lemak
tidak jenuh memiliki satu atau lebih ikatan ganda, yang terbentuk melalui
pengeluaran atom hidrogen dari kerangka karbon. Asam lemak akan memiliki bentuk
yang kaku pada tempat di mana terdapat ikatan ganda (Campbell, 2002). Asam
lemak disebut jenuh apabila semua atom-C dalam rantainya diikat tidak kurang
daripada dua atom H, hingga dengan demikian tidak ada ikatan rangkap, serta
mempunyai atom C4 hingga C26. Asam – asam lemak yang di
dalamnya rantai karbonnya mengandung ikatan rangkap disebut asam lemak tak
jenuh (Sastrohamidjojo, 2005).
2.2.3. Fungsi Lemak
Fungsi utama lemak adalah sebagai
cadangan energi. Rantai hidrokarbon lemak mirip dengan molekul bensin dan
kandungan energinya juga hampir sama. Satu gram cadangan lemak memiliki
kandungan energi dua kali lipat dibandingkan dengan satu gram polisakarida,
seperti pati/amilum. Karena tumbuhan relatif lebih diam, maka tumbuhan masih
bisa berfungsi dengan baik dengan cadangan energi yang sebagian besar berada
dalam bentuk pati. Manusia dan mamalia menumpuk cadangan makanan jangka
panjangnya dalam sel – sel lemak atau adiposa, yang membengkak dan mengkerut
ketika lemak disimpan atau dibebaskan dari cadangan penyimpanan. Selain tempat
penyimpanan energi, jaringan adiposa juga berfungsi sebagai bantalan bagi organ
vital seperti ginjal, dan lapisan lemak di bawah kulit sebagai insulator tubuh
(Campbell, 2002).
BAB
III
MATERI
DAN METODE
Praktikum Kimia Dasar dengan materi Protein dan Lemak
dilaksanakan pada hari Sabtu
tanggal 29 Oktober 2011 pada pukul 07.00 sampai 09.00 WIB di Laboratorium
Fisiologi dan Biokimia Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro
Semarang.
3.1.
Materi
Alat yang digunakan pratikum kimia
dasar dengan materi protein, yaitu tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung
reaksi, penjepit, penangas air, kaki tiga, bunsen, dan gelas beker 250 ml. Sedangkan
alat yang digunakan pratikum kimia dasar dengan materi lemak, yaitu tabung
reaksi, pipet tetes, rak tabung reaksi, penjepit, penangas air, kaki tiga,
bunsen, dan gelas beker 250 ml. Bahan yang digunakan pratikum kimia dasar
dengan materi protein, yaitu telur, susu, FeCl3, CuSO4
0,5%, HgCl2, PbCOOH, HNO3 pekat, dan NaOH 10%. Sedangkan
bahan yang digunakan pratikum kimia dasar dengan materi lemak, yaitu minyak
kelapa, asam stearat, lemak ( gajeh ), mentega, air, air sabun, eter, Na2CO3
0,5%, dan alkohol.
3.2.
Metode
3.2.1.
Protein
3.2.1.1.
Uji Biuret
Metode pertama pratikum
protein uji biuret yaitu dengan langkah antara lain yaitu menyiapkan tabung
reaksi, mencampurkan 2 ml albumin telur dengan 2 ml NaOH 10% dalam tabung
reaksi, menambahkan dengan tepat 2 tetes larutan CuSO4 0,5% dan aduk
sempurna. Reaksi positif jika terbentuk warna merah muda atau ungu. Ulangi
langkah kerja ini terhadap gelatin dan asam glutamat.
3.2.1.2.
Presipitasi dengan Larutan Garam Logam Berat
Metode kedua pratikum
protein presipitasi dengan larutan garam logam berat yaitu dengan langkah
antara lain yaitu menyediakan empat tabung reaksi yang bersih, dan isilah
masing – masing dengan larutan putih telur encer, menambahkan 15 tetes larutan
FeCl3 dalam tabung pertama, menambahkan 15 tetes larutan CuSO4
dalam tabung kedua, menambahkan 15 tetes larutan HgCl2 dalam tabung
ketiga, dan menambahkan 15 tetes larutan PbCOOH dalam tabung keempat, mengamati
dan membandingkan warna endapan yang terbentuk, dan catat pada lembar
pengamatan. Ulangi langkah kerja ini dengan menggunakan larutan protein susu,
sebagai pengganti larutan putih telur.
3.2.1.3.
Percobaan Hehler
Metode ketiga pratikum protein
percobaan hehler yaitu dengan langkah menyiapkan tabung reaksi, melarutkan
protein encer ( putih telur dan susu ), memasukkan masing – masing 2 ml larutan
ke dalam tabung reaksi, menambahkan 10 tetes larutan asam nitrat ( HNO3
) pekat ke dalam masing – masing tabung reaksi, memanaskan kedua tabung reaksi
menggunakan penangas air selama beberapa menit, kemudian amati warna dan
lapisan yang terbentuk. Reaksi positif jika terbentuk lapisan berwarna putih
yang menunjukkan bahwa protein telah terdenaturasi karena pengaruh asam nitrat
( HNO3 ) pekat. Kemudian amati juga warnanya jika ditambahkan 10
tetes larutan amonia ( NH3 ).
3.2.1.4.
Uji Xantho Protein
Metode keempat pratikum protein uji
xantho protein yaitu dengan langkah menyediakan dua buah tabung reaksi, tabung
pertama diisi 2 ml larutan susu encer dan tabung kedua diisi 2 ml larutan putih
telur encer, menambahkan 10 tetes asam nitrat ( HNO3 ) pekat ke
dalam masing - masing tabung reaksi, menempatkan kedua tabung reaksi tersebut
dalam penangas air, mengamati warna yang timbul, kemudian mengamati juga warnanya
jika ditambahkan larutan amonia (NH3).
3.2.2.
Lemak
3.2.2.1.
Sifat Fisik, Kekentalan, dan Bau
Metode pertama pratikum
lemak sifat – sifat lemak yaitu dengan langkah antara lain yaitu menyiapkan
minyak kelapa, lemak ( gajeh ), dan asam stearat, mengamati sifat fisik,
kekentalan, dan bau lemak dari asam lemak tersebut, kemudian mencatat pada
lembar pengamatan.
3.2.2.2.
Uji Kelarutan Lipid
Metode kedua pratikum
lemak uji kelarutan lipid yaitu dengan langkah antara lain yaitu menyediakan
enam tabung reaksi, mengisi tabung pertama 10 tetes air, mengisi tabung kedua
10 tetes larutan Natrium Karbonat ( Na2CO3 ), mengisi
tabung ketiga 10 tetes alkohol, mengisi tabung keempat 10 tetes larutan eter,
mengisi tabung kelima 10 tetes larutan chloroform, menambahkan 10 tetes minyak
kelapa ke dalam masing – masing tabung reaksi, mengocok campuran larutan sampai
homogen, biarkan beberapa menit, kemudian amati yang terjadi. Ulangi percobaan
tersebut dengan menggunakan margarin.
3.2.2.3.
Pembentukan Emulsi
Metode ketiga pratikum
lemak pembentukan emulsi yaitu dengan langkah antara lain yaitu menyediakan 3
tabung reaksi, mengisi tabung pertama 2 ml air dan 10 tetes minyak kelapa,
mengisi tabung kedua 2 ml air, 10 tetes minyak kelapa, dan 10 tetes Na2CO3,
mengisi tabung ketiga 2 ml air, 10 tetes minyak kelapa, dan 10 tetes air sabun,
mengocok masing – masing tabung kemudian biarkan 2 menit, amati terbentuknya
emulsi pada masing – masing tabung. Ulangi percobaan tersebut dengan
menggunakan margarin.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Protein
4.1.1. Uji Biuret
Berdasarkan praktikum protein dengan materi uji biuret yang
telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel
8. Hasil uji biuret
Sampel
|
Reaksi
|
Keterangan
|
Putih Telur
Gelatin
Asam Glutamat
|
+
+
-
|
Putih menjadi ungu, mengendap,
amis
Putih menjadi ungu, cair, amis
Putih menjadi putih keruh
|
Sumber
: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011
Praktikum protein dengan materi uji biuret digunakan untuk mengetahui adanya
protein dalam makanan atau suatu larutan. Hasil uji menunjukkan bahwa putih
telur dan gelatin bereaksi positif terhadap uji biuret, sedangkan asam glutamat
bereaksi negatif terhadap uji biuret. Suatu zat jika diuji dengan reagen biuret,
maka menghasilkan warna merah muda hingga violet atau ungu, berarti zat
tersebut termasuk protein yang mempunyai ikatan peptida.
Uji ini dapat digunakan untuk menguji senyawa – senyawa yang memiliki ikatan
peptida. Itulah sebabnya uji
biuret dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya protein dalam makanan atau
suatu larutan. Adanya protein ditandai dengan terbentuk warna ungu atau merah
muda. Hal ini sesuai pendapat Makfoeld (2002) bahwa reaksi biuret adalah uji
reaksi kimiawi adanya ikatan – ikatan peptida. Adanya ikatan peptida dalam
sampel ditandai dengan terbentuknya warna ungu atau merah muda. Prosedur ini
dapat digunakan untuk menentukan adanya protein maupun peptida. Biuret (NH2-CO-NH-NH2)
merupakan turunan urea membentuk warna ungu. Ditambahkan oleh Rahayu (2005)
menyatakan bahwa adanya protein pada suatu larutan ditandai dengan terbentuknya
warna ungu.
4.1.2. Presipitasi dengan Larutan Garam Logam Berat ( Putih Telur )
Berdasarkan
praktikum protein dengan materi presipitasi dengan larutan garam logam berat (
putih telur ) yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel
9. Hasil presipitasi dengan larutan garam logam berat ( putih telur )
Sampel
|
Reaksi
|
Keterangan
|
FeCl3
CuSO4
HgCl2
PbCOOH
|
+
+
-
+
|
Mengendap, tidak putih
Mengendap, putih
Tidak mengendap, putih
Mengendap, putih susu
|
Sumber
: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011
Praktikum protein dengan materi presipitasi dengan larutan garam logam berat (
putih telur ) digunakan untuk mengetahui denaturasi protein karena garam logam
berat pada putih telur. Hasil uji menunjukkan bahwa larutan putih telur yang
direaksikan dengan larutan garam logam berat seperti FeCl3, CuSO4,
dan PbCOOH bereaksi positif terhadap proses denaturasi protein dimana larutan
mengalami pengendapan atau tidak larut. Hal ini sesuai
pernyataan Ophart (2003) bahwa reaksi yang terjadi antara garam logam berat
akan mengakibatkan terbentuknya garam protein-logam yang tidak larut atau
mengendap. Ditambahkan oleh Poedjiadi (1994) menyatakan
bahwa protein akan mengalami presipitasi bila bereaksi dengan ion logam.
Sedangkan larutan putih telur yang direaksikan dengan larutan garam logam berat
HgCl2 tidak mengalami reaksi positif terhadap proses denaturasi
protein dimana larutan tidak mengendap atau larut. Hal ini tidak sesuai dengan
pernyataan Ophart (2003) bahwa reaksi yang terjadi antara garam
logam berat akan mengakibatkan terbentuknya garam protein-logam yang tidak
larut atau mengendap.
4.1.3. Presipitasi dengan Larutan Garam Logam Berat ( Protein Susu )
Berdasarkan
praktikum protein dengan materi presipitasi dengan larutan garam logam berat (
protein susu ) yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel
10. Hasil presipitasi dengan larutan garam logam berat ( protein susu )
Sampel
|
Reaksi
|
Keterangan
|
FeCl3
CuSO4
HgCl2
PbCOOH
|
-
+
+
+
|
Tidak mengendap, putih
Mengendap, putih
Mengendap, putih
Mengendap, putih
|
Sumber
: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011
Praktikum protein dengan materi presipitasi dengan larutan garam logam berat (
protein susu ) digunakan untuk mengetahui denaturasi protein karena garam logam
berat pada protein susu. Hasil uji menunjukkan bahwa larutan protein susu yang
direaksikan dengan larutan garam logam berat seperti CuSO4, HgCl2,
dan PbCOOH bereaksi positif terhadap proses denaturasi protein dimana larutan
mengalami pengendapan atau tidak larut. Hal ini sesuai
pernyataan Ophart (2003) bahwa reaksi yang terjadi antara garam logam berat
akan mengakibatkan terbentuknya garam protein-logam yang tidak larut atau
mengendap. Ditambahkan oleh Poedjiadi (1994) menyatakan
bahwa protein akan mengalami presipitasi bila bereaksi dengan ion logam.
Sedangkan larutan protein susu yang direaksikan dengan larutan garam logam
berat FeCl3 tidak mengalami reaksi positif terhadap proses
denaturasi protein dimana larutan tidak mengendap atau larut. Hal ini tidak
sesuai dengan pernyataan Ophart (2003) bahwa reaksi yang terjadi
antara garam logam berat akan mengakibatkan terbentuknya garam protein-logam
yang tidak larut atau mengendap.
4.1.4. Percobaan Hehler
Berdasarkan
praktikum protein dengan materi percobaan hehler yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel
11. Hasil percobaan hehler
Sampel
|
Reaksi
|
Keterangan
|
Putih Telur
Susu
|
+
-
|
Mengendap
Tidak mengendap
|
Sumber
: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011
Praktikum protein dengan materi percobaan hehler digunakan untuk mengetahui sifat protein
melalui denaturasi. Hasil uji menunjukkan bahwa putih telur bereaksi positif
terhadap larutan asam nitrat (HNO3) pekat, sedangkan susu bereaksi
negatif terhadap larutan asam nitrat (HNO3) pekat. Hal ini sesuai
pendapat Ophart (2003) bahwa reaksi yang terjadi antara garam
logam berat akan mengakibatkan terbentuknya garam protein-logam yang tidak
larut atau mengendap. Ditambahkan oleh Lehninger (1982) bahwa protein biasanya
menjadi tidak larut dan kehilangan aktivitas biologi tanpa kerusakan kerangka
polipeptida, dengan pemanasan, penambahan pH ekstrim, atau perlakuan dengan
pereaksi tertentu. Proses ini disebut denaturasi, disebabkan oleh membukanya
rantai polipeptida.
4.1.5. Uji Xantho Protein
Berdasarkan
praktikum protein dengan materi uji xantho protein yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel
12. Hasil uji xantho protein
Sampel
|
Keterangan
Sebelum Penambahan NH3
- Sesudah Penambahan NH3
|
Putih Telur
Susu
|
Mengendap, putih - padat,
kuning
Tidak mengendap, putih - cair,
kuning
|
Sumber
: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011
Praktikum protein dengan materi uji xantho protein digunakan untuk mengetahui adanya
asam
amino dalam makanan atau suatu larutan yang mengandung cincin benzena. Tes ini digunakan untuk mengetahui kandungan protein, yaitu
asam amino dengan radikal fenil. Uji positif tes ini ditandai dengan timbulnya
endapan putih dan dapat berubah menjadi kuning bila dipanaskan.
Hasil uji menunjukkan bahwa putih telur dan susu bereaksi positif terhadap uji xantho protein. Larutan putih telur dan susu yang
semula berwarna putih berubah menjadi kuning ketika dilakukan proses penambahan
asam nitrat ( HNO3 ) pekat ke dalam larutan tersebut, akan
menimbulkan proses nitrasi pada cincin benzena sehingga terbentuk endapan
putih. Menurut Rahayu (2005) perubahan warna putih menjadi kuning pada saat
dipanaskan merupakan ciri adanya protein dalam makanan. Ditambahkan oleh Rahayu
(2009) bahwa uji xantoprotein merupakan uji yang bertujuan untuk membuktikan
adanya gugus benzene pada protein yang dilakukan melalui pereaksi asam nitrat (
HNO3 ) pekat serta memiliki hasil reaksi endapan putih yang berubah
menjadi kuning pada pemanasan. Diperkuat oleh Suyatno (2010) bahwa uji
xantoprotein merupakan tes yang digunakan untuk menunjukkan adanya protein yang
mengandung gugus fenil ( cincin benzena ) dalam bahan makanan. Jika protein
mengandung cincin benzena maka pemanasan dengan pereaksi asam nitrat ( HNO3
) pekat akan terbentuk warna kuning.
4.2. Lemak
4.2.1. Sifat Fisik, Kekentalan, dan Bau
Berdasarkan praktikum lemak dengan materi sifat – sifat
lemak yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel
13. Hasil sifat fisik, kekentalan, dan bau
Sampel
|
Kekentalan
|
Bau
|
Sifat Fisik
|
Minyak Kelapa
Lemak ( Gajeh )
Asam Stearat
|
Kental
Sangat Kental
Tidak Kental
|
Tidak Berbau
Amis
Khas
|
Cair – Kuning
Padat
Cair – Putih
|
Sumber
: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011
Praktikum lemak dengan materi sifat – sifat lemak digunakan untuk mengetahui
sifat – sifat pada lemak, yaitu sifat fisik, kekentalan, dan bau dari lemak. Hasil
uji menunjukkan bahwa minyak kelapa, lemak ( gajeh ), dan asam stearat memiliki
sifat fisik, bau, dan kekentalan yang berbeda. Minyak kelapa memiliki sifat
yang cair dan berwarna kuning, kental, serta tidak berbau. Lemak (gajeh)
memiliki sifat yang padat, sangat kental, dan berbau amis. Asam stearat
memiliki sifat yang cair dan berwarna putih, tidak kental, serta berbau khas.
Perbedaan sifat fisik karena minyak dan lemak memiliki sifat fisik yang
berbeda. Lemak sendiri terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tidak
jenuh. Di dalam komposisi minyak kelapa terdapat asam lemak jenuh yaitu asam
stearat. Hal ini sesuai pendapat Sutresna (2007) bahwa minyak dan lemak
(praktikum menggunakan lemak gajeh) memiliki sifat berbeda. Lemak berupa padatan,
umumnya berasal dari hewan, kecuali lemak cokelat. Adapun minyak berupa cairan
pada suhu ruangan dan umumnya berasal dari tumbuhan, seperti minyak kelapa,
minyak kedelai, dan minyak jagung. Perbedaan wujud lemak ini bergantung pada
asam lemak penyusunnya. Lemak yang berwujud padat banyak mengandung asam lemak
jenuh, sedangkan minyak yang berwujud cair banyak mengandung asam lemak tak
jenuh. Hasil praktikum sifat fisik, kekentalan, dan bau lemak tidak ada yang
menghasilkan bau tengik. Hal ini membuktikan bahwa minyak kelapa, lemak ( gajeh
), dan asam stearat tidak mengalami kerusakan lemak dan minyak. Hal ini sesuai
pendapat Salirawati (2010) bahwa kerusakan lemak dan minyak yang utama adalah
timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan.
4.2.2. Uji Kelarutan Lipid ( Minyak Kelapa )
Berdasarkan
praktikum lemak dengan materi uji kelarutan lipid ( minyak kelapa ) yang telah
dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel
14. Hasil uji kelarutan lipid ( minyak kelapa )
Sampel
|
Kekentalan
|
Bau
|
Sifat Fisik
|
Air
Na2CO3
Alkohol
Eter
Chloroform
|
Tidak Kental
Tidak Kental
Sangat Kental
Kental
Sangat Kental
|
Amis
Khas
Khas
Khas
Tengik
|
Cair – Tidak larut
Cair – Tidak larut
Warna : Putih – Tidak larut
Padat - Larut
Padat - Larut
|
Sumber
: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011
Praktikum lemak dengan materi uji kelarutan lipid ( minyak kelapa ) digunakan
untuk mengetahui sifat fisik kelarutan lemak pada minyak kelapa ketika
direaksikan dengan suatu larutan. Hasil uji menunjukkan bahwa air, Na2CO3,
alkohol, eter, serta chloroform memiliki sifat kelarutan lemak yang berbeda.
Air memiliki sifat fisik cair dan tidak larut, tidak kental, serta berbau amis.
Na2CO3 memiliki sifat fisik cair dan tidak larut, tidak
kental, serta berbau khas. Alkohol memiliki sifat fisik tidak larut dan
berwarna putih, tidak kental, serta berbau khas. Eter memiliki sifat fisik
padat dan larut, kental, serta berbau khas. Chloroform memiliki sifat fisik
padat dan larut, sangat kental, serta berbau tengik. Air, Na2CO3,
dan alkohol memiliki sifat tidak larut ketika direaksikan dengan minyak kelapa.
Hal ini sesuai penyataan Iswari (2006) bahwa lemak merupakan senyawa organik
berminyak atau berlemak yang tidak larut di dalam air, serta tidak larut dalam
alkohol dingin, tetapi larut di dalam alkohol panas. Ditambahkan oleh Lehninger
(1982) bahwa lemak merupakan komponen sel yang bersifat berminyak atau
berlemak, dan tidak larut di dalam air.
Sedangkan eter dan chloroform
memiliki sifat larut ketika direaksikan dengan minyak kelapa. Hal ini karena
eter dan chloroform merupakan pelarut non polar. Hal ini sesuai pendapat Iswari
(2006) bahwa lemak larut di dalam pelarut – pelarut non polar seperti eter,
kloroform, alkohol panas, dan benzena.
4.2.3. Uji Kelarutan Lipid ( Margarin )
Berdasarkan
praktikum lemak dengan materi uji kelarutan lipid (margarin) yang telah
dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel
15. Hasil uji kelarutan lipid ( margarin )
Sampel
|
Kekentalan
|
Bau
|
Sifat Fisik
|
Air
Na2CO3
Alkohol
Eter
Chloroform
|
Tidak Kental
Kental
Kental
Kental
Sangat Kental
|
Tidak Berbau
Tidak Berbau
Khas
Khas
Khas
|
Cair – Bening – Tidak larut
Kuning – Padat – Tidak larut
Padat – Tidak larut
Kuning – Padat – Larut
Kuning – Padat - Larut
|
Sumber
: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011
Praktikum lemak dengan materi uji kelarutan lipid ( margarin ) digunakan untuk
mengetahui sifat fisik kelarutan lemak pada margarin ketika direaksikan dengan
suatu larutan. Hasil uji menunjukkan bahwa air, Na2CO3,
alkohol, eter, serta chloroform memiliki sifat kelarutan lemak yang berbeda.
Air memiliki sifat fisik cair, bening, dan tidak larut, tidak kental, serta tidak
berbau. Na2CO3 memiliki sifat fisik padat, berwarna
kuning, dan tidak larut, kental, serta tidak berbau. Alkohol memiliki sifat
fisik tidak padat dan tidak larut, kental, serta berbau khas. Eter memiliki
sifat fisik padat, berwarna kuning, dan larut, kental, serta berbau khas.
Chloroform memiliki sifat fisik padat, berwarna kuning, dan larut, sangat
kental, serta berbau khas. Air, Na2CO3, dan alkohol
memiliki sifat tidak larut ketika direaksikan dengan margarin. Hal ini sesuai
penyataan Iswari (2006) bahwa lemak merupakan senyawa organik berminyak atau
berlemak yang tidak larut di dalam air, serta tidak larut dalam alkohol dingin,
tetapi larut di dalam alkohol panas. Ditambahkan oleh Lehninger (1982) bahwa
lemak merupakan komponen sel yang bersifat berminyak atau berlemak, dan tidak
larut di dalam air.
Sedangkan eter dan chloroform
memiliki sifat larut ketika direaksikan dengan margarin. Hal ini karena eter
dan chloroform merupakan pelarut non polar. Hal ini sesuai pendapat Iswari
(2006) bahwa lemak larut di dalam pelarut – pelarut non polar seperti eter,
kloroform, alkohol panas, dan benzena.
4.2.4. Pembentukan Emulsi ( Minyak Kelapa )
Berdasarkan
praktikum lemak dengan materi pembentukan emulsi (minyak kelapa) yang telah
dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel
16. Hasil pembentukan emulsi ( minyak kelapa )
Sampel
|
Kekentalan
|
Bau
|
Sifat Fisik
|
Air
Air Sabun
Na2CO3
|
Tidak Kental
Tidak Kental
Tidak Kental
|
Tidak Berbau
Khas
Khas
|
Tidak Emulsi
Emulsi
Tidak Emulsi
|
Sumber
: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011
Praktikum lemak dengan materi pembentukan emulsi ( minyak kelapa ) digunakan
untuk mengetahui sifat fisik emulsi suatu larutan minyak kelapa. Hasil uji menunjukkan
air dan larutan Na2CO3 memiliki sifat tidak emulsi.
Sedangkan larutan air sabun memiliki sifat emulsi. Emulsi yang dibentuk oleh
air sabun merupakan emulsi cair. Menurut Wikipedia (2011), emulsi cair
merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair melibatkan
campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan yaitu
zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah
air dan zat lainnya seperti minyak. Hal ini sesuai pendapat Pudjaatmaka (2002)
menyatakan bahwa emulsi merupakan suatu satu sistem koloid cair, cairan yang
apabila diperiksa di bawah mikroskop akan terlihat bahwa sebenarnya cairan
terdiri atas dua fase cair. Dispersi partikel minyak atau lemak dalam air atau
sebaliknya air dalam minyak yang distabilkan oleh bahan pengemulsi. Air sabun
disini dapat dinyatakan sebagai zat pengemulsi. Hal ini sesuai pendapat Pudjaatmaka
(2002) bahwa pengemulsi merupakan zat yang digunakan untuk memudahkan pembuatan
emulsi dan selanjutnya menstabilkan emulsi itu, kebanyakan berupa bahan aktif
permukaan yang menurunkan tegangan permukaan cairan penyebar, misalnya air
sabun dan minyak kelapa di dalam air. Proses pembentukan emulsi disebut sebagai
emulsifikasi. Hal ini sesuai pernyataan Pudjaatmaka (2002) bahwa emulsifikasi
merupakan proses pembuatan emulsi, dua cairan yang tidak dapat bercampur yang
ditambahkan pada zat ketiga untuk memantapkan emulsi, dikocok kuat, misalnya
air, minyak, dan detergen. Hal ini sesuai hasil praktikum dimana hasil
perpaduan air, minyak kelapa, dan detergen menghasilkan emulsi.
4.2.5. Pembentukan Emulsi ( Margarin )
Berdasarkan
praktikum lemak dengan materi pembentukan emulsi (margarin) yang telah
dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel
17. Hasil pembentukan emulsi ( margarin )
Sampel
|
Kekentalan
|
Bau
|
Sifat Fisik
|
Air
Air Sabun
Na2CO3
|
Tidak Kental
Tidak Kental
Kental
|
Tidak Berbau
Khas
Tidak Berbau
|
Tidak Emulsi
Emulsi
Tidak Emulsi
|
Sumber
: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011
Praktikum lemak dengan materi pembentukan emulsi ( margarin ) digunakan untuk
mengetahui sifat fisik emulsi suatu larutan margarin yang telah dicairkan. Hasil
uji menunjukkan air dan larutan Na2CO3 memiliki sifat
tidak emulsi. Sedangkan larutan air sabun memiliki sifat emulsi. Emulsi yang
dibentuk oleh air sabun merupakan emulsi cair. Menurut Wikipedia (2011), emulsi
cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair melibatkan
campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan yaitu
zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah
air dan zat lainnya seperti minyak. Hal ini sesuai pendapat Pudjaatmaka (2002)
menyatakan bahwa emulsi merupakan suatu satu sistem koloid cair, cairan yang
apabila diperiksa di bawah mikroskop akan terlihat bahwa sebenarnya cairan
terdiri atas dua fase cair. Dispersi partikel minyak atau lemak dalam air atau
sebaliknya air dalam minyak yang distabilkan oleh bahan pengemulsi. Air sabun
disini dapat dinyatakan sebagai zat pengemulsi. Hal ini sesuai pendapat Pudjaatmaka
(2002) bahwa pengemulsi merupakan zat yang digunakan untuk memudahkan pembuatan
emulsi dan selanjutnya menstabilkan emulsi itu, kebanyakan berupa bahan aktif
permukaan yang menurunkan tegangan permukaan cairan penyebar, misalnya air
sabun dan minyak kelapa di dalam air. Proses pembentukan emulsi disebut sebagai
emulsifikasi. Hal ini sesuai pernyataan Pudjaatmaka (2002) bahwa emulsifikasi merupakan
proses pembuatan emulsi, dua cairan yang tidak dapat bercampur yang ditambahkan
pada zat ketiga untuk memantapkan emulsi, dikocok kuat, misalnya air, minyak,
dan detergen. Hal ini sesuai hasil praktikum dimana hasil perpaduan air,
margarin, dan detergen menghasilkan emulsi.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Protein
merupakan makromolekul yang yang berlimpah di dalam sel, menyusun lebih dari
setengah berat kering. Protein terdiri dari rantai polipeptida panjang, yang
tersusun oleh unit asam – asam amino yang disatukan oleh ikatan peptida.
Beberapa protein berbentuk serabut dan bersifat tidak larut, yang lain
berbentuk globular biasanya menjadi tidak larut dan kehilangan aktivitas
biologi tanpa kerusakan kerangka polipeptida, dengan pemanasan, penambahan pH
ekstrim, atau perlakuan dengan pereaksi tertentu. Proses ini disebut
denaturasi, disebabkan oleh membukanya rantai polipeptida.
Lemak merupakan komponen sel yang bersifat berminyak
atau berlemak, dan tidak larut di dalam air, yang dapat diekstrak dengan
pelarut non polar, seperti eter, chloroform, serta alkohol panas.
5.2. Saran
Praktikum
kimia dasar protein dan lemak, diharapkan dan disarankan untuk berhati – hati
saat memanaskan tabung reaksi di penangas air. Serta hati – hati juga saat
meneteskan larutan asam nitrat pekat, karena asam nitrat memiliki sifat
korosif, dimana korosif dapat menyebabkan kerusakan pada mata, sistem
pernafasan, serta terutama kulit. Karena dapat membuat kulit menjadi melepuh,
seperti kena knalpot motor panas, atau lebih parah lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, Neil. A. dkk. 2002. Biologi. Jakarta, Erlangga
Hawab, H.M. 2003. Pengatar Biokimia. Malang,
Bayumedia Publishing
Iswari, Retno Sri., dan Ari Yuniastuti. 2006.
Biokimia. Yogyakarta, Graha Ilmu
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar – dasar Biokimia.
Jakarta, Erlangga
Makfoeld,
Djarir. dkk. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Yogyakarta, Kanisius
Ophart, C.E. 2003. Virtual
Chembook. Elmhurst College
Poedjiadi, Anna 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta,
Penerbit UI-Press
Pudjaatmaka, A. Hadyana.
2002. Kamus Kimia. Jakarta, Balai Pustaka
Rahayu, Imam. 2005. Praktis Belajar Kimia. Jakarta,
Visindo Media Persada
Rahayu,
Nurhayati., dan J.P. Giriarso. 2009. Rangkuman Kimia SMA. Jakarta, Gagas Media
Salirawati,
Das. dkk. 2010. Belajar Kimia Secara Menarik SMA/MA Kelas XII. Jakarta,
Grasindo
Sastrohamidjojo,
Hardjono. 2005. Kimia Organik Stereokimia, Karbohidrat, Lemak, dan Protein.
Yogyakarta, Gadjah Mada University Press
Sutresna,
Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Jakarta, Grafindo Media Pratama
Suyatno.
dkk. 2010. Kimia SMA/MA XII. Jakarta, Grasindo
http://id.wikipedia.org/wiki/Emulsi
Lampiran 7. Menjawab
Pertanyaan Protein dan Lemak
Protein
A.
Uji
Biuret
B.
Preparasi dengan Larutan Garam Logam Berat
1.
Bersifat
sebagai apakah protein dan logam-logam berat dalam reaksi ini ?
Sebagai
pereaksi
2.
Apakah
warna masing-masing endapan yang terbentuk, dan tulis masing-masing reaksi ?
Larutan
putih telur + FeCl3 terbentuk endapan berwarna jingga
Larutan putih telur
+ CuSO4 terbentuk endapan berwarna putih
Larutan putih telur
+ HgCl2 tidak
terbentuk endapan berwarna putih
Larutan putih telur
+ PbCOOH terbentuk endapan berwarna putih susu
Larutan protein susu + FeCl3 tidak
terbentuk endapan putih kekuningan
Larutan protein
susu + CuSO4 terbentuk endapan berwarna putih
Larutan protein
susu + HgCl2 terbentuk endapan berwarna putih
Larutan protein
susu + PbCOOH terbentuk endapan putih
3. Sebutkan garam-garam logam berat lain yang saudara
ketahui ?
HgBr2, HgI2, HgF2, PbBr2,
PbF2, PbCI2, PbI2
C. Percobaan Hehler
1. Apa yang dimaksud dengan Denaturasi?
Denaturasi adalah rusaknya ikatan atau struktur suatu
senyawa yang mengakibatkan terjadinya lapisan berwarna putih (pada protein)
2. Sebutkan beberapa faktor yang dapat menyebabkan
denaturasi protein ?
Pencampuran
protein dengan asam mineral pekat dan panas
3. Sebutkan dan beri penjelasan jenis-jenis ikatan dalam
molekul protein yang dipengaruhi ?
·
Ikatan
peptida yaitu ikatan yang terdapat dalam rantai peptida itu sendiri
·
Ikatan
Cystin yaitu ikatan atom-atom di dalam molekul yang disebabkan karena
persekutuan eletron- elektron yang dimiliki bersama oleh dua atom
·
Ikatan
Garam yaitu ikatan antara ion-ion yang bermuatan berlawanan
dalam suatu molekul
·
Ikatan
Ester yaitu ikatan antar asam amino yang mempunyai radikal karboksil bebas
berdekatan dengan radikal hidroksi bebas
·
Ikatan
hidrogen yaitu ikatan yang banyak terdapat dalam molekul protein, terutama yang
menghubungkan antara C, O, H, dan N
D. Uji Xantho Protein
1. Reaksi ini khusus protein yang mengandung asam amino apa
?
Mengandung
asam amino esensial
3. Apa yang terjadi jika kulit kena asam nitrat pekat ?
Mengapa demikian ?
Kulit akan melepuh karena asam nitrat termasuk asam kuat yang
mudah teroksidasi
Lemak
Sifat
– sifat lemak
1.
Senyawa manakah yang merupakan steroid
murni ?
Kolesterol
2.
Senyawa manakah yang mempunyai bau
paling enak ?
Minyak kelapa
Lampiran
8. Fotocopy Laporan Sementara Praktikum Protein dan Lemak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar